Awalnya
kita harus bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk belajar filsafat,
karena berfilsafat adalah sarana untuk merefleksikan diri. Berfilsafat dapat
ditransformasikan sebagai makro dan mikro. Makronya adalah dunia secara
keseluruhan sedangkan mikro adalah diri kita sendiri sebagai orang yang
mempelajari filsafat. Kita dapat membongkar mitos seperti orang Yunani Kuno.
Mitos adalah tidak mengerti maknanya namun kita melakukannya. Hampir 90%
anak-anak belajar menggunakan metode mitos. Apakah makhluk goib itu mitos?
Hidup
itu merentang antara dua kutub yaitu yang ada dan yang mungkin ada atau yang nyata
dan yang tidak nyata (gaib). Berbagai pengalaman-pengalaman gaib pasti pernah
dirasakan atau dialami oleh setiap manusia. Terkadang sebagai manusia kita
penasaran terhadap hal tersebut, maka kita ingin mencari tahu keberadaan
hal-hal gaib itu. Semakin kita mencari maka kita akan mendapatkan hal yaitu
bahwa kita harus sopan santun terhadap ruang dan waktu. Hal-hal gaib itu ada,
sebab walau kita pikirkan secara rasional maka hal gaib tersebut tetap tidak
akan terpecahkan secara nalar. Setinggi-tingginya pikiran manusia tidak akan
dapat memecahkan sesuatu hal yang gaib. Satu-satunya cara dapat memecahkan
hal-hal yang gaib tersebut adalah dengan keyakinan.
Mitos
itu berhubungan dengan intuisi, dan logos juga berhubungan dengan intuisi.
Intuisi adalah pondasi dalam hidup kita. Dalam hidup ini 90% kita menggunakan
intuisi dan sisanya 10% kita menggunakan pikiran secara rasional. Kalau kita
kehilangan intuisi ruang maka kita akan kebingungan, misalnya kita salah arah
di suatu daerah. Ketika kehilangan intuisi waktu adalah ketika kita tidak
menyadari perbedaan waktu di suatu daerah.
Hal yang
sudah terjadi pada hidup ini adalah terbaik bagi diri kita, karena kita semua
percaya terhadap takdir Allah. Tidak ada sedikitpun yang bukan merupakan
karunia dari Allah. Oleh karena itu, maka kita harus dapat menerima semua hal
yang telah terjadi pada diri kita sehingga kita dapat ikhlas menerimanya.
Setiap
orang pasti pernah mengalami mimpi dalam tidurnya. Salah satu faktor kita
bermimpi dalam tidur adalah adanya kesan yang mendalam dalam kehidupan nyata.
Kesan yang mendalam dan dipengaruhi oleh fisik yang kurang fit maka akan
menyebabkan mengigau atau nglindur (istilah dalam bahasa Jawa).
Orang
dapat menilai orang dapat dilihat dari perilakunya sehari-hari. Setiap orang
punya potensi negatif untuk menjadi berbahaya, namun hal tersebut dalam
diminimalisir dengan arahan-arahan dari orang lain atau disadarkan oleh orang
lain. Hal ini adalah ranah naomena, yaitu tidak bisa dilihat, diraba namun bisa
dipikirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar