Berfilsafat itu adalah
olah pikir. Sehingga olah pikir itu dapat olah pikir sendiri, olah pikir
bersama-sama, olah pikir bangsa Indonesia, olah pikir akhirat dan sebagainya.
Berfilsafat harus menggunakan referensi, yaitu pikiran para filsuf dalam
karya-karya dalam buku-bukunya. Macam filsafat ditentukan oleh objek filsafat,
yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Misal, objeknya adalah diri manusia maka
filsafatnya adalah filsafat manusia, objeknya mengenai spiritual maka
filsafatnya adalah filsafat spiritual.
Berfilsafat dibagi
menjadi dua objek yaitu berfilsafat terhadap objek yang ada di dalam pikiran
dan berfilsafat terhadap objek yang ada di luar pikiran. Contoh: misal kita
meihat suatu benda yaitu handphone, ketika kita melihatnya maka handphone itu
ada di luar pikiran kita namun setelah kita memejamkan mata dan kita masih
ingat dengan handphone itu maka handphone itu sekarang berada di dalam pikiran
kita. Handphone yang ada di dalam pikiran itu bersifat ideal dan tetap,
sedangkan yang diluar pikiran sifatnya berubah. Yang benar menurut ilmu adalah
yang ada di dalam pikiran. Filsafat menurut objeknya, jika objeknya satu maka
disebut dengan filsafat monoisme. Jika objeknya dua maka disebut dengan
filsafat dualisme dan jika objeknya banyak maka disebut dengan filsafat
pluralisme.
Manfaat
ketidaksempurnaan adalah dapat membedakan. Contohnya kita dapat membedakan yang
dapat terbang dengan yang tidak bisa terbang. Menembus ruang dan waktu adalah
jika digambarkan seaka-akan suatu makhluk yang luar biasa. Menembus ruang dan
waktu adalah mengalami atau melakukan perubahan. Upaya menembus ruang dan waktu
itu adalah berdimensi. Dimensi waktu adalah waktu yang berurutan, waktu yang
berkelanjutan dan waktu yang berkesatuan. Dimensi ruang yaitu dimensi satu,
dimensi dua dan seterusnya. Ruang adalah pikiran, meliputi yang ada dan yang
mungkin ada. Ruang itu terdiri dari wadah dan isi. Tanpa wadah kita tidak dapat
menemukan isi dan tanpa isi kita tidak dapat menemukan wadah. Wadah dan isi
saling berkaitan. Untuk mengetahui waktu harus menemukan ruang, begitu juga
sebailknya. Sebenar-benarnya kita tidak dapat menemukan ruang dan waktu karena
kedua hal itu hanya ada di dalam pikiran. Kita dapat menemukan ruang dengan
menggunakan intuisi bukan menggunakan definisi.
Ruang imajiner diri
kita atau biasa disebut sebagai ruang saja. Ruang tersebut terdiri dari unsur
material, formal, normatif, dan spiritual. Material adalah bentuk fisik diri
kita. Formal itu adalah tulisan-tulisan resmi sedangkan material itu yang
konkrit. Normatif adalah ilmunya, baik buruk, tata krama, dan jika ditingkatkan
akan menjadi spiritual.
Orang yang berilmu
adalah orang yang sopan santun terhadap ilmu tersebut. Orang pendidikan
matematika adalah orang yang sopan dan santun terhadap apa yang ada dan yang
mungkin ada dalam pendidikan matematika. Santun itu berarti mengerti,
menghayati kemudian mengamalkan dan kemudian merefleksikan. Jika kita sopan
santun terhadap ruang dan waktu maka kita menempatkan spiritual ditempat yang
paling atas. Dajjal adalah ketika bertemu dengan suatu sistem dan tidak
menyukai sistem tersebut. Sehingga kita saling mendajjalkan satu sama lain.
Kita tidak dapat memberikan batas, misal kita tidak dapat memberikan batas
antara siang dan malam.
Penyebutan diri kita
berdasarkan ruang dimana kita berada. Misal kita berada dalam sebuah resepsi
maka bisa jadi aku adalah tamu, panitia atau tuan rumah. Jika ruangnya adalah
sepakbola maka aku adalah wasit, pemain sepakbola, penonton atau pelatih. Namun
jika yang dibicarakan adalah materialnya maka aku adalah punggung, tangan atau
kaki. Dan bila yang menjadi subjek pembicaraan adalah formal maka aku adalah
tulisanku, karya-karya, ijasah atau KTP. Jika yang dibicarakan adalah normatif
maka aku adalah sebenar-benarnya diriku. Dari sisi spiritual aku adalah
doa-doamu, amal-amalmu. Yang mampu menembus ruang dan waktu bisa jadi sisi
material, formal, material bahkan spiritual. Batu dan tanaman juga bisa
menembus ruang dan waktu karena mereka juga tidak luput dari perubahan. Metode
batu menembus ruang dan waktu sesuai dengan pikiran subjeknya.
Hal-hal yang mendasar
yang ada di dalam ruang dan waktu adalah yang pertama Pneomenologi adalah
karya-karya cipta filsuf yang bernama Husserl. Pneomenologi paling banyak
menggunakan orang matematika. Unsur dasar Pneomenologi ada dua yaitu abstraksi
dan idealisasi. Abstraksi adalah memilih
atau reduksi dan idelaisasi adalah menganggap sempurna di bagian yang ideal.
Sesuai dengan kodratnya manusia itu adalah memilih. Manusia juga mempunyai
potensi untuk terpilih. Rumah epoke adalah tempat untuk hal-hal yang sedang
tidak dipikirkan.
Kedua, pemahaman tentang
fondasionalism. Semua umat beragama adalah fondasionalism, karena menempatkan
Tuhan sebagai Causa Prima yaitu sebab dari segala sebab, sebab utama dan
pertama. Seluruh kaum matematikawan murni adalah kaum fondasionalism, karena
membuat matematika menggunakan definisi. Dalam membangun keluarga fondamennya
adalah ijab kabul.
Ketiga, anti
fondasionalism. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mampu membedakan besar
dan kecil, itulah yang disebut dengan anti fondasionalism. Anti fondasionalism
tidak memerlukan definisi. Anti fondasionalism kemudian disebut sebagai
intuisi. Anak kecil itu belajar menggunakan intuisi bukan menggunakan definisi.
Misal ketika mendefinisikan angka 2, kita menyebut bahwa 2 adalah bilangan
genap, 2 adalah bilangan prima dsb. Maka sebenar-benarnya definisi angka 2
adalah menggunakan intuisi. Itulah permasalahan besar dalam matematika bahwa pembelajaran
matematika berasal dari orang dewasa yang menggunakan definisi bukan dari
anak-anak yang menggunakan intuisi. Sehingga anak menganggap matematika
menyeramkan dan anak akan kehilangan intuisi dalam belajar matematika.
Kehilangan intuisi dapat menyebabkan kerusakan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar