In Mathematics Learning with Some Teaching Aids in Junior High School 5 Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia
By: Dr. Marsigit M.A & Ida Supadmi
Reviewed by: Arlian Bety Anjaswari ( Mathematics Education Reguler 2009 at http://arlianbety.blogspot.com )
Keberhasilan proses belajar mengajar matematika tidak jauh dari peran guru sebagai informator, komunikator, dan fasilitator. Metode mengajar yang digunakan oleh guru bisa berupa intervensi interaksi antara guru, siswa, dan prestasi belajar. Sampai sekarang, kita masih mendengar banyak siswa yang mengeluh bahwa matematika dipandang sebagai subjek menakutkan, tidak menarik, dan sulit untuk dilakukan, juga tidak banyak yang dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan oleh hasil Ujian Nasional yang masih lebih rendah dari yang diharapkan, meskipun masih ada banyak siswa menyukai matematika yang ditunjukkan dengan prestasi yang baik.
Salah satu upaya guru dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama adalah dengan membuat pembelajaran matematika menjadi menyenangkan, menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memaksimalkan penggunaan beberapa alat bantu pengajaran dan alat untuk demonstrasi diharapkan dapat membantu proses abstraksi siswa, yang meliputi kesulitan siswa dalam belajar.
Sikap siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal (Winoto Putro, 1993:33). Serupa dengan aktivitas, siswa dalam proses belajar-mengajar juga dipengaruhi banyak oleh dua faktor di atas. Pada faktor eksternal pada siswa, guru harus memiliki untuk memotivasi siswa terkait dengan skema bimbingan Ki Hajar Dewantoro kata-kata "Ing Madyo Mangun Karso" yang berarti guru yang harus mendorong motivasi siswa (Mugiharso, 1993). Berarti guru yang harus kreatif dalam meningkatkan motivasi siswa. Siswa SMP berada di usia antara 12 - 15 tahun. Berdasarkan perkembangan kognitif dari Peaget, usia ini milik operasi formal. Akuisisi pada tingkat ini muncul dari ide-ide untuk membandingkan, mendiskusikan dan membuat kesimpulan. Ada perubahan ke fungsi intelektual dari pemikiran konkret untuk abstrak (Suardiman, 1986:36). Alat bantu mengajar dapat membantu proses abstraksi siswa. Ada diskusi baik antar individu dan antar kelompok, yang terkait dengan kata-kata Ki Hajar Dewantara "Tut Wuri Handayani" yang berarti guru harus tetap berdiri di belakang dan membiarkan siswa untuk mengetahui cara mereka sendiri, tapi masih memberikan koreksi jika perlu.
nice post :D
BalasHapusmakasih cantiiiikkk :)
BalasHapus