To be presented at 1st International Conference on Lesson Study FMIPA UPI 31 July to August 2, 2008
By : Dr. Marsigit M.A.
Reviewed by : Arlian Bety Anjaswari ( Mathematics Education Reguler 2009 at http://arlianbety.blogspot.com )
Dalam Kurikulum Berbasis Sekolah, dinyatakan bahwa matematika di sekolah dasar dan sekolah menengah harus mendorong siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mampu berkolaborasi dengan orang lain. Dalam memecahkan masalah, siswa perlu kreatif dalam mengembangkan banyak cara dan alternatif, mengembangkan model matematika, dan memperkirakan hasil. Pendekatan kontekstual dan realistis disarankan untuk dikembangkan oleh guru untuk mendorong pemikiran matematika di sekolah dasar. Dengan pendekatan ini, ada harapan bahwa siswa langkah demi langkah belajar dan menguasai matematika dengan antusias. Untuk membuat belajar matematika primer lebih efektif, guru juga perlu mengembangkan sumber daya seperti teknologi informasi, alat bantu mengajar dan media lainnya.
Kurikulum menguraikan tujuan dari belajar mengajar matematika adalah sebagai berikut, untuk memahami konsep matematika, menjelaskan hubungan antar konsep dan untuk menerapkan konsep untuk memecahkan masalah secara akurat dan efisien, untuk mengembangkan keterampilan berpikir untuk belajar pola dan karakteristik matematika. Serangkaian kegiatan Lesson Study dapat merupakan seperangkat budaya kegiatan yang diselenggarakan dilakukan oleh guru atau kelompok guru untuk mempromosikan anak-anak matematika berpikir. Namun, diskusi kelompok kecil menawarkan yang menarik konteks di mana untuk mengeksplorasi partisipasi anak berinteraksi antara yang lain di alami terjadi berpikir berakhir terbuka.
Mengajar matematika dapat dirasakan sebagai proses konstruksi siswa matematika makna, dimana siswa dapat mempunyai pengalaman berpikir matematika yang serupa proses dibandingkan dengan proses yang diciptakan matematika. Arti dari penemuan adalah langkah-langkah dalam pembelajaran hasil sementara arti konstruksi adalah proses belajar. Selain itu, prinsip reinvention juga dapat terinspirasi oleh prosedur solusi informal.
Katagiri (2004) menjelaskan bahwa berpikir matematis melibatkan 3 (tiga) penting aspek yaitu metode berpikir, sikap dan konten. Secara khusus, ia menunjukkan bahwa aspek berpikir matematika meliputi:
a. matematika thingking terkait dengan sikap, yaitu antara lain mencoba untuk memahami masalah sendiri atau tujuan atau substansi oleh diri sendiri, mencoba untuk memiliki pertanyaan, mencoba untuk menemukan masalah matematika dalam fenomena, mencoba untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tujuan, mencoba untuk berpikir berdasarkan data yang dapat digunakan, dipelajari sebelumnya item, dan asumsi,mencoba untuk merekam dan mengkomunikasikan masalah dan hasil jelas dan ringkas, mencoba untuk mengevaluasi berpikir baik secara obyektif maupun subyektif, dan untuk memperbaiki pemikiran.
b. berpikir matematika terkait dengan metode matematika, yaitu antara lain, berpikir induktif, berpikir analogis, berpikir deduktif, berpikir integratif , berpikir pembangunan, berpikir abstrak , berpikir general, berpikir yang mengkhususkan, berpikir melambangkan, berpikir yang mengekspresikan dengan nomor, mengkuantifikasi, dan tokoh.
c. berpikir matematika terkait dengan isi matematika yaitu antara lain, memperjelas objek untuk pertimbangan dan objek dikeluarkan dan memperjelas kondisi untuk dimasukkan, fokus pada unsur-unsur konstituen, mencoba untuk memformalkan metode operasi (ide dari algoritma), mencoba untuk memahami gambaran besar dari objek dan operasi, dan menggunakan hasil dari pemahaman, berfokus pada aturan dasar dan sifat, mencoba untuk mengekspresikan proposisi dan hubungan sebagai rumus, dan membaca artinya ini adalah pemikiran matematika yang berbeda dari pengetahuan sederhana atau keterampilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar