Laman

Sabtu, 19 Januari 2013

MITOS DAN HAL GAIB DALAM FILSAFAT



            Awalnya kita harus bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk belajar filsafat, karena berfilsafat adalah sarana untuk merefleksikan diri. Berfilsafat dapat ditransformasikan sebagai makro dan mikro. Makronya adalah dunia secara keseluruhan sedangkan mikro adalah diri kita sendiri sebagai orang yang mempelajari filsafat. Kita dapat membongkar mitos seperti orang Yunani Kuno. Mitos adalah tidak mengerti maknanya namun kita melakukannya. Hampir 90% anak-anak belajar menggunakan metode mitos. Apakah makhluk goib itu mitos?
            Hidup itu merentang antara dua kutub yaitu yang ada dan yang mungkin ada atau yang nyata dan yang tidak nyata (gaib). Berbagai pengalaman-pengalaman gaib pasti pernah dirasakan atau dialami oleh setiap manusia. Terkadang sebagai manusia kita penasaran terhadap hal tersebut, maka kita ingin mencari tahu keberadaan hal-hal gaib itu. Semakin kita mencari maka kita akan mendapatkan hal yaitu bahwa kita harus sopan santun terhadap ruang dan waktu. Hal-hal gaib itu ada, sebab walau kita pikirkan secara rasional maka hal gaib tersebut tetap tidak akan terpecahkan secara nalar. Setinggi-tingginya pikiran manusia tidak akan dapat memecahkan sesuatu hal yang gaib. Satu-satunya cara dapat memecahkan hal-hal yang gaib tersebut adalah dengan keyakinan.
            Mitos itu berhubungan dengan intuisi, dan logos juga berhubungan dengan intuisi. Intuisi adalah pondasi dalam hidup kita. Dalam hidup ini 90% kita menggunakan intuisi dan sisanya 10% kita menggunakan pikiran secara rasional. Kalau kita kehilangan intuisi ruang maka kita akan kebingungan, misalnya kita salah arah di suatu daerah. Ketika kehilangan intuisi waktu adalah ketika kita tidak menyadari perbedaan waktu di suatu daerah.
            Hal yang sudah terjadi pada hidup ini adalah terbaik bagi diri kita, karena kita semua percaya terhadap takdir Allah. Tidak ada sedikitpun yang bukan merupakan karunia dari Allah. Oleh karena itu, maka kita harus dapat menerima semua hal yang telah terjadi pada diri kita sehingga kita dapat ikhlas menerimanya.
            Setiap orang pasti pernah mengalami mimpi dalam tidurnya. Salah satu faktor kita bermimpi dalam tidur adalah adanya kesan yang mendalam dalam kehidupan nyata. Kesan yang mendalam dan dipengaruhi oleh fisik yang kurang fit maka akan menyebabkan mengigau atau nglindur (istilah dalam bahasa Jawa).
            Orang dapat menilai orang dapat dilihat dari perilakunya sehari-hari. Setiap orang punya potensi negatif untuk menjadi berbahaya, namun hal tersebut dalam diminimalisir dengan arahan-arahan dari orang lain atau disadarkan oleh orang lain. Hal ini adalah ranah naomena, yaitu tidak bisa dilihat, diraba namun bisa dipikirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar