Laman

Sabtu, 19 Januari 2013

RUANG DAN WAKTU DALAM BERFILSAFAT



                Berfilsafat itu adalah olah pikir. Sehingga olah pikir itu dapat olah pikir sendiri, olah pikir bersama-sama, olah pikir bangsa Indonesia, olah pikir akhirat dan sebagainya. Berfilsafat harus menggunakan referensi, yaitu pikiran para filsuf dalam karya-karya dalam buku-bukunya. Macam filsafat ditentukan oleh objek filsafat, yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Misal, objeknya adalah diri manusia maka filsafatnya adalah filsafat manusia, objeknya mengenai spiritual maka filsafatnya adalah filsafat spiritual.
                Berfilsafat dibagi menjadi dua objek yaitu berfilsafat terhadap objek yang ada di dalam pikiran dan berfilsafat terhadap objek yang ada di luar pikiran. Contoh: misal kita meihat suatu benda yaitu handphone, ketika kita melihatnya maka handphone itu ada di luar pikiran kita namun setelah kita memejamkan mata dan kita masih ingat dengan handphone itu maka handphone itu sekarang berada di dalam pikiran kita. Handphone yang ada di dalam pikiran itu bersifat ideal dan tetap, sedangkan yang diluar pikiran sifatnya berubah. Yang benar menurut ilmu adalah yang ada di dalam pikiran. Filsafat menurut objeknya, jika objeknya satu maka disebut dengan filsafat monoisme. Jika objeknya dua maka disebut dengan filsafat dualisme dan jika objeknya banyak maka disebut dengan filsafat pluralisme.
                Manfaat ketidaksempurnaan adalah dapat membedakan. Contohnya kita dapat membedakan yang dapat terbang dengan yang tidak bisa terbang. Menembus ruang dan waktu adalah jika digambarkan seaka-akan suatu makhluk yang luar biasa. Menembus ruang dan waktu adalah mengalami atau melakukan perubahan. Upaya menembus ruang dan waktu itu adalah berdimensi. Dimensi waktu adalah waktu yang berurutan, waktu yang berkelanjutan dan waktu yang berkesatuan. Dimensi ruang yaitu dimensi satu, dimensi dua dan seterusnya. Ruang adalah pikiran, meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Ruang itu terdiri dari wadah dan isi. Tanpa wadah kita tidak dapat menemukan isi dan tanpa isi kita tidak dapat menemukan wadah. Wadah dan isi saling berkaitan. Untuk mengetahui waktu harus menemukan ruang, begitu juga sebailknya. Sebenar-benarnya kita tidak dapat menemukan ruang dan waktu karena kedua hal itu hanya ada di dalam pikiran. Kita dapat menemukan ruang dengan menggunakan intuisi bukan menggunakan definisi.
                Ruang imajiner diri kita atau biasa disebut sebagai ruang saja. Ruang tersebut terdiri dari unsur material, formal, normatif, dan spiritual. Material adalah bentuk fisik diri kita. Formal itu adalah tulisan-tulisan resmi sedangkan material itu yang konkrit. Normatif adalah ilmunya, baik buruk, tata krama, dan jika ditingkatkan akan menjadi spiritual.
                Orang yang berilmu adalah orang yang sopan santun terhadap ilmu tersebut. Orang pendidikan matematika adalah orang yang sopan dan santun terhadap apa yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Santun itu berarti mengerti, menghayati kemudian mengamalkan dan kemudian merefleksikan. Jika kita sopan santun terhadap ruang dan waktu maka kita menempatkan spiritual ditempat yang paling atas. Dajjal adalah ketika bertemu dengan suatu sistem dan tidak menyukai sistem tersebut. Sehingga kita saling mendajjalkan satu sama lain. Kita tidak dapat memberikan batas, misal kita tidak dapat memberikan batas antara siang dan malam.
                Penyebutan diri kita berdasarkan ruang dimana kita berada. Misal kita berada dalam sebuah resepsi maka bisa jadi aku adalah tamu, panitia atau tuan rumah. Jika ruangnya adalah sepakbola maka aku adalah wasit, pemain sepakbola, penonton atau pelatih. Namun jika yang dibicarakan adalah materialnya maka aku adalah punggung, tangan atau kaki. Dan bila yang menjadi subjek pembicaraan adalah formal maka aku adalah tulisanku, karya-karya, ijasah atau KTP. Jika yang dibicarakan adalah normatif maka aku adalah sebenar-benarnya diriku. Dari sisi spiritual aku adalah doa-doamu, amal-amalmu. Yang mampu menembus ruang dan waktu bisa jadi sisi material, formal, material bahkan spiritual. Batu dan tanaman juga bisa menembus ruang dan waktu karena mereka juga tidak luput dari perubahan. Metode batu menembus ruang dan waktu sesuai dengan pikiran subjeknya.
                Hal-hal yang mendasar yang ada di dalam ruang dan waktu adalah yang pertama Pneomenologi adalah karya-karya cipta filsuf yang bernama Husserl. Pneomenologi paling banyak menggunakan orang matematika. Unsur dasar Pneomenologi ada dua yaitu abstraksi dan  idealisasi. Abstraksi adalah memilih atau reduksi dan idelaisasi adalah menganggap sempurna di bagian yang ideal. Sesuai dengan kodratnya manusia itu adalah memilih. Manusia juga mempunyai potensi untuk terpilih. Rumah epoke adalah tempat untuk hal-hal yang sedang tidak dipikirkan.
                Kedua, pemahaman tentang fondasionalism. Semua umat beragama adalah fondasionalism, karena menempatkan Tuhan sebagai Causa Prima yaitu sebab dari segala sebab, sebab utama dan pertama. Seluruh kaum matematikawan murni adalah kaum fondasionalism, karena membuat matematika menggunakan definisi. Dalam membangun keluarga fondamennya adalah ijab kabul.
                Ketiga, anti fondasionalism. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mampu membedakan besar dan kecil, itulah yang disebut dengan anti fondasionalism. Anti fondasionalism tidak memerlukan definisi. Anti fondasionalism kemudian disebut sebagai intuisi. Anak kecil itu belajar menggunakan intuisi bukan menggunakan definisi. Misal ketika mendefinisikan angka 2, kita menyebut bahwa 2 adalah bilangan genap, 2 adalah bilangan prima dsb. Maka sebenar-benarnya definisi angka 2 adalah menggunakan intuisi. Itulah permasalahan besar dalam matematika bahwa pembelajaran matematika berasal dari orang dewasa yang menggunakan definisi bukan dari anak-anak yang menggunakan intuisi. Sehingga anak menganggap matematika menyeramkan dan anak akan kehilangan intuisi dalam belajar matematika. Kehilangan intuisi dapat menyebabkan kerusakan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar